SEJARAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK (RPL) DAN
EVALUASI SOFTWARE
Sejarah Rekayasa
Perangkat Lunak
Sejak pertama kali di ciptakan sekitar pada tahun 1940-an Hingga
saat ini Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) bertujuan untuk mengambangkan Praktik
Dan Teknologi Untuk meningkatkan produktivitas para praktisi pengembang
perangkat lunak Dan kualitas aplikaasi yang di gunakan oleh pemakai.
1945 – 1965 : Awal
Di masa ini istilah software engineering digunakan untuk pertama kalinya. Saat itu masih terdapat debat tajam mengenai aspek engineering
dari pengembangan perangkat lunak.
Tahun 1968 dan 1969, Dua konferensi
tentang rekayasa perangkat lunak yang di sponsori oleh komite
sains NATO, Berdampak kuat pada
perkembangan rekayasa perangkat lunak. Tak sedikit
yang beranggapan
bahwa dua konferensi inilah yang menandai awal resminya
profesi rekayasa perangkat lunak. Dan jangan beranggapan kalau software itu akan
menjadi yang terbaik karena itu adalah sebuah karya yang hanya bersifat sementara
saja.
1965 – 1985 : Krisis Perangkat Lunak
Pada tahun 1960-an hingga 1980-an, Terdapat banyak
masalah yang ditemukan para praktisi pengembang perangkat lunak. Banyak projek
yang gagal, Dan dari itu pada masa ini disebut
sebagai krisis perangkat lunak. Kasus kegagalan pengembang perangkat
lunak terjadi mulai projek yang melebihi anggaran, hingga kasus yang
mengakibatkan kerusakan fisik dan kematian. Salah satu akibat
kegagalan perangkat lunak yang terkenal antara lain
kasus meledaknya roket Ariane.
1985 – kini : Tidak Ada Senjata Pamungkas
Selama bertahun-tahun, para peneliti memfokuskan usahanya untuk
menemukan teknik jitu untuk memecahkan masalah kritis perangkat lunak.
Berbagai teknik, metode, alat, proses diciptakan dan diklaim
sebagai senjata pamungkas untuk memecahkan kasus ini. Mulai dari pemrograman
terstruktur, pemrograman berorientasi objek, perangkat pembantu pengembangan
perangkat lunak (CASE tools), berbagai standar, UML, hingga metode formal
diagung-agungkan sebagai senjata pamungkas untuk menghasilkan software yang
benar, sesuai anggaran dan tepat waktu.
Pada tahun 1987. Fred Brooks menulis artikel No Silver Bullet, yang
berprosisi bahwa tidak ada satu teknologi atau praktek yang sanggup mencapai 10
kali lipat perbaikan dalam produktivitas pengembangan perangkat lunak dalam
tempo 10 tahun.
Sebagian berpendapat, no siver bullet berarti profesi rekayasa
perangkat lunak dianggap telah gagal. Namun sebagian yang lain justru
beranggapan, hal ini menandakan bahwa bidang profesi rekayasa perangkat lunak
telah cukup matang, karena dalam bidang profesi lainnya pun, tidak ada teknik
pamungkas yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi.
Pengertian
Rekayasa Perangkat Lunak
Istilah Rekayasa Perangkat Lunak (RPL),
secara umum disepakati sebagai terjemahan dari istilah Software Engineering.
Istilah Software Engineering mulai dipopulerkan tahun 1968 pada Software
Engineering Conference yang diselenggarakan oleh NATO. Sebagian orang
mengartikan RPL hanya sebatas pada bagaimana membuat program komputer. Padahal
ada perbedaan yang mendasar antara perangkat lunak (software) dan program
komputer.
RPL atau Software
Engineering (SE), Disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak,
mulai dari tahap awal spesifikasi sistem sampai pemeliharaan sistem setelah
digunakan. Ada 2 istilah kunci disini :
1.
“disiplin
rekayasa”, Perekayasa membuat suatu alat bekerja. Menerapkan teori, metode,
dan alat bantu yang sesuai, selain itu mereka menggunakannya dengan selektif
dan selalu mencoba mencari solusi terhadap permasalahan.
2.
“semua aspek produksi perangkat lunak”, RPL
tidak hanya berhubungan dengan proses teknis dari pengembangan perangkat lunak
tetapi juga dengan kegiatan seperti Manajemen proyek PL dan pengembangan alat
bantu, metode, dan teori untuk mendukung produksi PL.
Kesimpulannya, Rekayasa Perangkat Lunak adalah proses membuat
perangkat lunak dengan menggunakan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip rekayasa
sehingga dihasilkan perangkat lunak yang berkualitas.
Secara lebih khusus kita dapat menyatakan tujuan RPL adalah :
1. Memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah.
2.
Menghasilkan
perangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu.
3.
Menghasilkan
perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform.
4.
Menghasilkan
perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah.
Metode-metode RPL
·
Pendekatan-pendekatan
terstruktur terhadap pengembangan perangkat lunak mencakup model, notasi,
aturan, saran pengembangan sistem (rekomendasi), dan panduan proses.
·
Deskripsi
model sistem, Deskripsi model yang harus dikembangkan dan
notasi yang digunakan untuk mendefinisikan model-model ini. Ex : model aliran
data.
·
Aturan, Batasan yang berlaku bagi model sistem. Ex :
Setiap entitas pada model sistem harus memiliki nama yang unik.
·
Rekomendasi, Saran dalam membentuk perancangan yang baik.
Ex : Tidak ada objek yang memiliki lebih dari tujuh sub-objek yang berhubungan
dengannya.
·
Panduan
Proses, Aktifitas yang bisa diikuti
untuk mengembangkan model sistem. Ex : Atribut objek harus didokumentasi
sebelum mendefinisikan operasi yang berhubungan dengan objek.
Evaluasi Software (Perangkat Lunak)
Melihat jumlah perpustakaan yang menggunakan perangkat lunak
(Software), sehingga timbul pertanyaan apakah perangkat lunak memiliki kualitas
yang baik sehingga banyak perpustakaan yang menggunakannya, maka dengan itu
perlu dilakukan suatu evaluasi perangkat lunak.
Pengertian
Evaluasi Software (Perangkat Lunak)
Evaluasi sangat penting dilakukan dalam suatu lembaga atau badan
seperti perpustakaan, karena evaluasi merupakan kegiatan untuk intropeksi diri
dalam suatu lembaga untuk mencapai suatu titik kepuasan dalam mencapai tujuan.
Menurut Djali dan Pudji (2008, 1) evaluasi merupakan “proses menilai sesuatu
berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti
dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi”
Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto (2009,
222) bahwa:
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama
evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
pihak pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi sebuah
perangkat lunak perlu dilakukan untuk menilai sebuah perangkat lunak dengan
tujuan tidak hanya menemukan kesalahan namun dapat juga untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara 8 sejauhmana kualitas perangkat lunak yang dibuat
dapat dijalankan oleh pengguna nantinya.
Dalam mengevaluasi sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan
diperlukan standar-standar yang relevan untuk menyeleksi kualitas perangkat
lunak. Pressman (2012, 486) menyatakan bahwa :
Kualitas perangkat lunak adalah konfirmasi terhadap kebutuhan
fungsional dan kinerja yang dinyatakan secara eksplisit, standar perkembangan
yang didokumentasikan secara eksplisit dan karateristik implisit yang
diharapkan bagi semua perangkat lunak yang dikembangkan secara profesional.
Sedangkan El-Ahmadi (2006, 5) menyatakan bahwa:
Kualitas perangkat lunak dapat memiliki arti bergantung dari siapa
yang memandangnya. Bila dilihat dari sudut pandang customer. Perangkat Lunak
yang baik adalah perangkat lunak yang memuaskan kebutuhan customer. Lain halnya
dengan dilihat dari sudut pengembang. Pengembang perangkat lunak akan melihat
produk perangkat lunak dari dalam perangkat lunak itu sendiri. Pengembang yang
menggunakan pemikiran berorientasi objek memiliki tujuan pada terpenuhinya karakteristik
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas perangkat
lunak adalah kesesuaian antara fungsionalitas dan kinerja sistem terhadap
kebutuhan customer, standar dokumentasi pengembangan sistem yang telah
ditentukan, dan karakteristik implisit yang diharapkan pengembang perangkat
lunak.
Comments
Post a Comment